
Hanya sebatas tulisan dari pengalaman saya tinggal di Samarinda. Barangkali tulisan ini bisa bermanfaat untuk orang-orang yang ingin tahu lebih banyak tentang Samarinda ketika hendak tinggal di kota ini.
Berikut saya akan membahas 11 kondisi real yang ada di Kota Samarinda dari mulai kondisi geografis, budaya, hingga kuliner yang ada di Kota Samarinda.
"Air menutupi jalan, artinya...?"
Artinya nggak lain adalah BANJIR. Dikutip dari media berita online republika.co.id: Ada 10 titik rawan banjir di kawasan Samarinda. "Sebanyak 10 titik itu adalah kawasan Sempaja, Jl Pramuka, Jl DI Panjaitan, Temindung, Vorvo, Jl Lambung Mangkurat, Jl Awang Long, Air Hitam, Air Putih (Karang Asam Kecil), dan kawasan Karang Asam Besar," ujar Kepala BWS Kalimantan III Arief Rachman di Samarinda, Selasa (14/3).Dari kesepuluh titik rawan banjir di atas, salah satunya sering saya temui, yaitu di Jalan DI Panjaitan. Terutama di wilayah Mugirejo. Bisa-bisa mogok jika memaksa melawan banjir. Motor saya bahkan pernah mogok di dekat Kantor Cabang Bank Mandiri di Alaya. Sedihnya selangit, karena itu saya jadi harus keluar uang untuk servis dan yang pasti saya datang terlambat di tempat kerja.
Jadi untuk kalian yang hendak bepergian melewati jalan-jalan di atas ketika hujan, sebaiknya waspada ya.
Nah, ini dia salah satu kondisi jalan ketika banjir di sekitar Alaya,


Kabar terbaru dari Samarinda adalah banjir di kawasan Sungai Kunjang, Loa Janan Ilir, dan Samarinda Seberang yang memiliki ketinggian bervariasi, hingga yang terparah adalah sedalam 1,5 meter. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana saya jika ada di sana. Pasti sudah tenggelam. Bahkan berita banjir di Samarinda sempat menjadi topik hangat yang diperbincangkan di berbagai stasiun televisi swasta.
"Baju selalu basah padahal tidak hujan."
Salah satu minibus yang masuk ke parit di depan IAIN Samarinda |
"Baju selalu basah padahal tidak hujan."
Kira-kira kenapa ya baju selalu basah padahal tidak hujan?
Jawabannya adalah karena keringat. Di Samarinda ituu benar-benar panas. Mungkin pengaruh saya pendatang juga barangkali. Hari-hari pertama saya ada di Samarinda, saya tidak bisa lepas dari yang namanya kipas angin. Biasa di Jawa rumah saya dekat pantai dan tidak pernah menggunakan kipas angin, rupanya saya cukup kaget ketika tiba di kota yang satu ini.
Ternyata memang ada penjelasannya, bukan cuma perasaan saya saja hehe. Berikut ulasan singkat yang berhasil saya rangkum:
Karena Kalimantan berada di garis lintang yang hampir paling dekat dengan matahari, jadi tidak heran jika penguapan di Samarinda juga tinggi. Air-air yang ada di permukaan tanah akan dengan mudah menguap dan itulah yang kemudian membuat kita merasa panas dan pengap saat terjadi penguapan.
Bagi kebanyakan penduduk asli Samarinda mungkin sudah terbiasa dengan kondisi demikian karena pastinya kondisi fisik mereka sudah menyesuaikan. Lain halnya dengan pendatang baru, saya hampir terlalu yakin bahwa mereka yang datang dari Pulau Jawa pasti tidak akan betah jauh-jauh dari kipas angin.
"Permukaannya bergelombang."
Ya, kalau yang satu ini tidak perlu diragukan lagi. Samarinda memang kota yang cukup unik. Di beberapa wilayah di Kecamatan Samarinda Utara banyak terdapat bukit-bukit kapur. Yang salah satunya adalah tempat saya tinggal. Sementara di sekitar wilayah Air Putih, tepatnya ketika kita berada di Perumahan Graha Indah, di sana akan terlihat pemandangan menakjubkan berupa rentetan bukit kapur yang memanjang bak benteng. Beberapa kali saya melihat ada alat berat yang mangkal di sana.
Selain di kedua tempat itu, beberapa jalan juga banyak terdiri dari tanjakan dan turunan yang cukup tajam.

Entah itu salah ketik atau memang pengetahuan saya yang terbatas, mungkin maksudnya adalah PETA TOPOGRAFI SAMARINDA.
"Api! Api!"
Ini jadi salah satu hal yang mesti kalian tahu ketika hendak tinggal di Samarinda. Di Samarinda, terutama di bagian kotanya, sering sekali terjadi pemadaman listrik serempak. Dan biasanya memakan waktu yang cukup lama. Dulu saat saat pertama tiba di Samarinda, saya terheran-heran karena hampir setiap hari pasti mati listrik. Dan ini cukup mengesalkan sih buat saya karena saya hanya bisa berdiam diri di rumah dan masih takut bepergian dengan alasan belum tahu tempat-tempat di Samarinda.
Sampai suatu ketika saat saya sudah dapat kerja, dan akhirnya saya tahu kenapa sering terjadi pemadaman listrik di Samarinda Kota, terutama Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda Ilir, Samarinda Ulu, dan Sungai Kunjang. Penyebabnya ternyata adalah kebakaran.
Mengutip dari sebuah artikel dari Antara News Kaltim, mucul sebuah pertanyaan: "Mengapa Samarinda rawan alami kebakaran?"
Jawabannya: Beberapa fakor yang dianggap menyebabkan kota itu rawan mengalami musibah kebakaran, antara lain, banyak rumah terbuat dari kayu, banyaknya kantung-kantung kawasan kumuh di Samarinda, jaringan listrik banyak sudah tua sehingga rawan terjadi hubungan pendek, dan yang terpenting adalah kemauan politik (political will) dari Pemkot Samarinda untuk menata ulang kawasan eks-kebakaran agar bisa memberi ruang bagi mobilisasi pihak PMK.
Berikut salah satu rekaman video saat musibah kebakaran di Samarinda tahun 2014 lalu.
"BBJ ( Banjar-Bugis-Jawa)"
Banjar |
![]() |
Bugis |
![]() |
Jawa |
Bisa dikatakan tiga suku budaya di atas adalah tiga suku dengan populasi terbanyak yang sekarang menghuni Kota Samarinda.
Menurut id.wikipedia.org, Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Keberadaan suku Banjar di Samarinda dan daerah lainnya di Kalimantan Timur tidak dikategorikan sebagai kaum pendatang karena sebelum pembentukan provinsi-provinsi pada tahun 1957, Pulau Kalimantan kecuali daratan Malaysia dan Brunei merupakan satu provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Kalimantan dengan ibukota Banjarmasin.
Suku Banjar adalah suku asli di Pulau Kalimantan. Sementara itu, Samarinda bagian dari Kalimantan Timur; dan Kalimantan Timur bagian dari Kalimantan. Maka, suku Banjar di Samarinda dalam konteks geografis bisa disebut suku asli.
Baru kemudian diikuti dengan datangnya Suku Bugis ke kota ini. Ada empat versi yang mennyebutkan riwayat kedatangan suku bugis ke Samarinda.
Versi ke-1 dari tim penyusun sejarah Samarinda yang mengadakan seminar pada 21 Agustus 1987 memutuskan, telah terjadi peristiwa kedatangan rombongan Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara pada 21 Januari 1668. Tanggal tersebut lalu ditetapkan sebagai hari jadi Samarinda. Latar belakang perantauan orang-orang dari tanah Kesultanan Gowa (Sulawesi Selatan) itu karena menolak Perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa kalah dalam perang melawan pasukan Belanda.
Versi ke-2 menurut catatan Kesultanan Kutai Kartanegara, waktu kedatangan rombongan Bugis Wajo di Samarinda pertama kali terjadi pada tahun 1708, pada masa Raja Adji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Versi ke-3 menurut berita lisan atau cerita rakyat, rombongan Bugis Wajo merantau ke Samarinda pada masa pemerintahan Raja Kutai Aji Pangeran Dipati Anom Panji Mendapa ing Martadipura (1730–1732). Latar belakang hijrahnya La Mohang Daeng Mangkona ke Samarinda Seberang disebabkan kepadatan pemukiman para pendatang Bugis Wajo di Muara Sungai Kendilo, daerah Paser. Sebelumnya, mereka migrasi dari Wajo di bawah pimpinan La Maddukkelleng karena negeri kelahirannya dikuasai oleh Kerajaan Bone akibat serangan Bone setelah kasus penikaman seorang bangsawan Bone oleh La Maddukkelleng pada sebuah acara pesta sabung ayam.
Versi ke-4 menurut kutipan C.A. Mees, permintaan izin orang Bugis dengan Raja Kutai berlangsung di Jembayan, yang berarti pertemuan ini terjadi minimal pada tahun 1732, sesuai dengan catatan sejarah bahwa pusat kerajaan dari Kutai Lama dipindahkan ke Jembayan pada tahun 1732–1782. Kemudian, pemimpin orang Bugis yang disetujui sebagai Pua Ado adalah Anakoda Tujing, bukan La Mohang Daeng Mangkona.
Yang ketiga adalah Suku Jawa. Suku ini bukan asli dari Samarinda. Tentu saja. Dari namanya saja kita semua sudah tahu. Suku yang satu ini, saya juga termasuk ke dalamnya, berada di Pulau Kalimantan khususnya Samarinda kebanyakan untuk mencari pekerjaan. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja di Pulau Kalimantan memang masih cukup banyak. Beberapa di antaranya memilih tinggal di Samarinda karena tugas dinas. Lihat saja, banyak sekolah-sekolah di Samarinda yang guru-gurunya ketika bicara kental dengan dialek Jawa. Bahkan mereka tidak segan dan malu menggunakan bahasa Jawa sebagai bentuk komunikasi nonformal dengan sesama guru yang lain. Dari yang pernah saya temui, mereka yang datang ke Samarinda juga karena menikah dengan orang asli Samarinda atau karena pasangan memang bekerja di Samarinda. Sebagian lagi karena mereka menuntut ilmu agama di Samarinda.
"Jukir liar dimana-mana"
![]() |
Salah satu meme sebagai sindiran bagi pemerintah dan jukir liar di Samarinda |
Topik ini pernah menjadi viral di media sosial Facebook beberapa waktu lalu, saat seorang warga Samarinda menyampaikan pendapatnya tentang juru parkir (jukir) liar yang menjamur di berbagai tempat di Samarinda. Saya bukan hanya 'katanya' belaka, tapi saya juga mengalaminya sendiri. Di setiap tempat yang menjadi pusat keramaian, atau banyak dikunjungi, sudah pasti di situ ada jukir liar. Ibaratnya adalah dimana ada gula di situ ada semut. Bahkan untuk sebuah apotek pun ada saja jukir yang mangkal di depannya. Hal ini juga cukup saya sesali karena pernah suatu ketika si jukir yang kebetulan ikut-ikutan menertibkan motor customer di tempat saya bekerja entah bagaimana bisa kecolongan. Salah satu helm customer tempat saya bekerja raib digondol maling. Alhasil si pemilik kendaraan menanyakan pada si jukir dengan nada sedikit membentak. Tapi toh endingnya adalah customer di toko tempat saya bekerja pulang tanpa helm dan pertanggungjawaban.
Jadi yang kadang saya sesali dari mereka adalah mereka hanya mau tau uangnya saja tapi ketika ada yang hilang atau misal pengunjung toko hendak pulang, mereka hanya diam saja sambil menunggu uangnya. Sering saya temui jukir yang sama sekali tidak membantu. Saya parkir-saya tinggal sebentar, motor dalam kondisi sama saja ketika saya kembali. Dan ketika saya hendak pergi, si jukir ini hanya menghampiri untuk menagih uang parkir tanpa sedikit pun ada niat untuk membantu. Di situ yang saya sangat sangat sesali. Sebegitu tidak mau kerjanya kah? Padahal penghasilan yang mereka dapat bisa sampai ratusan ribu per hari.
Akhirnya setelah artikel dengan topik ini ramai diperbincangkan di media sosial, beberapa toko atau tempat umum mulai dipasangi spanduk besar berisi tulisan "PARKIR GRATIS" di pagar, tembok dan beberapa tempat strategis lainnya.
Meski begitu, tidak semua juru parkir adalah seorang sosok menyebalkan yang hanya memalak warga. Banyak juga yang saya temui bekerja dengan sungguh-sungguh. Menertibkan kendaraan, memperbaiki letak helm, mengawasi, dan membantu warga yang hendak kembali dari keperluannya. Malahan pernah saya membaca juga di grup Facebook Bubuhan Samarinda kebaikan hati dan kejujuran jukir atas temuan benda berharga milik salah seorang warga. Nahh, yang seperti ini yang patut kita acungi jempol. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dengan perasaan tanggung jawab atas barang yang orang titipkan pada mereka.
"Tanah Abangnya Samarinda"

Pasar yang terletak di Kecamatan Samarinda Kota ini cukup mudah dijangkau kok. Letaknya yang dekat dengan Taman Samarendah dan tepian Sungai Mahakam membuat Pasar Pagi selalu ramai pengunjung. Selain itu harga yang dipatok di sana tergolong cukup terjangkau, serupa dengan Tanah Abang. Apalagi kalau kita hendak membelinya dengan jumlah banyak, pasti akan dapat potongan lebih dari biasanya.
Saya kurang paham dari mana barang-barang murah ini para penjual dapatkan, tapi kemungkinan terbesar adalah mereka membeli dengan jumlah grosir di Tanah Abang. Dari beberapa yang pernah saya temui ketika survei untuk tugas pekerjaan, mereka berani menjual harga miring karena membeli dari Pasar Tanah Abang di Jakarta Pusat. Jadi bisa terbayang kan betapa murahnya barang-barang di pasar Tanah Abang? Nah, Pasar Pagi bisa jadi solusi buat mengobati keinginan kita shopping banyak dengan budget rendah tanpa harus jauh-jauh ke Jakarta.
"7 tempat bikin kurus dompet"
Dompet bisa kurus? Bisa dong! Samarinda memang belum maksimal dalam mengembangkan potensi wisatanya, tapi tidak bisa dipungkiri jika tempat-tempat belanja di Samarinda juga sangat menggiurkan. Saat pertama kalinya saya mendapatkan jatah libur kerja saya di Samarinda, yang terpikirkan adalah jalan-jalan. Tapi kemana? Obyek wisata alam tidak banyak di Samarinda. Bahkan saya tidak tahu. Akhirnya saya berkata pada diri saya sendiri: "Ohh, ternyata orang-orang di sini kalau libur jalan-jalannya ke mall ya?" Sudah tidak mengherankan lagi saat ada anak-anak SMA-SMP yang jalan-jalannya adalah ke mall. Tentu saja begitu. Ini kan kota besar. Apalagi Samarinda adalah ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Mall-mall di sini sudah menjadi tempat langganan jalan-jalan orang Samarinda. Jadi, pastikan dompet kita tebal yah ketika mengunjungi tempat-tempat berikut ini:
1. MalLembuswana (Lokasi: Jl. S. Parman)
![]() |
MalLembuswana tampak dari perempatan lampu merah |
Ada berbagai tenant yang mengisi mall yang satu ini. Salah satu yang paling saya favoritkan adalah Gramedia. Di mall ini Gramedia-nya cukup besar. Buat kalian yang sedang mencari bahan penelitian, bahan bacaan, dan butuh berbagai referensi untuk tugas sekolah, Lembuswana bisa jadi solusinya.
2. Samarinda Square / Robinson (Jl. M. Yamin No. 12-14A)

Mall ini adalah mall paling baru di antara mall-mall lain di Kota Samarinda. Lokasinya tidak jauh dari MalLembuswana. Di mall ini sekarang sudah ada bioskopnya yaitu XXI Cinema. Saya juga sempat menonton film DIlan 1990 di sana Februari lalu. Tempat belanjanya juga cukup beragam. Cocok untuk kita yang ingin jalan-jalan, nonton dan belanja sekaligus.
Baca Juga : Kenapa Gue Baper Nonton Dilan 1990?
3. Mesra Indah (Jl. KH Abdul Khalid 42, Samarinda Ulu)

4. SCP / Samarinda Central Plaza (Jl Pulau Irian 1, Samarinda Ilir)

5. Plaza Mulia (PM) : Jl. Bhayangkara, Samarinda Ulu

6. Big Mall (Jl. Untung Suropati)
Mall yang didirikan tahun 2014 ini disebut-sebut sebagai mall terbesar di Kalimantan sekaligus di Indonesia Timur. Dikutip dari sebuah artikel properti.kompas.com , rupanya mall ini berdiri di lahan seluas 200.000 meter persegi. Terbayang kan betapa luasnya area mall yang satu ini? Nggak heran kalau terkadang kita temui ada orang yang memanfaatkan luasnya mall ini sambil berolahraga. Kalau kalian juga hendak menonton bioskop, jangan khawatir karena di sini juga ada lho. Bahkan terkadang film yang ada di tempat ini lebih lengkap dibandingkan bioskop-bioskop lain di Samarinda.
7. Giant Ekstra Alaya (Jl. Bukit Alaya)

"Pentol, jajanan seribu umat"

Slogan ini mungkin sangat pas untuk menggambarkan kuliner di Samarinda. Memang benar pentol adalah makanan seribu umat. Khususnya untuk masyarakat Samarinda. Selain karena jumlah penjualnya yang cukup banyak dan pasti ada di setiap tempat, jajanan yang satu ini banyak diminati masyarakat Samarinda. Dan yang pasti setiap warga Samarinda tahu jajanan yang satu ini.Pentol memiliki rupa dan cara pembuatan yang beragam. Dari mulai pentol goreng, pentol rebus, pentol bakar, dan bahkan orang Samarinda biasa menyebut bola-bola yang ada di hidangan bakso dengan nama pentol juga. Awal saya ada di Samarinda cukup bingung juga sih dengan penyebutan ini, secara yang saya biasa bilang ya 'bakso'. Ada sih di beberapa daerah di Jawa yang menjual jajanan dari campuran aci dan daging ini dengan sebutan pentol, tapi lazimnya di sana adalah cilok atau bakso.
Kalau kamu hendak ke Samarinda, belum lengkap rasanya kalau kamu belum mencicipi jajanan yang satu ini. Makanan yang tergolong murah ini enak dan pastinya bisa ditemui di berbagai tempat di Samarinda.
![]() |
Ote-ote / bakwan |
![]() |
Ampal Jagung |
Jadi misalkan yang kamu mau adalah bakwan jagung, jangan bilang bakwan ya teman-teman, bilang saja ampal.
"Pilih Terang Bulan atau Martabak Manis?"

Untuk rekomendasi Terang Bulan yang enak dan pasti membuat ketagihan, datang saja ke Terang Bulan / Martabak Soerja di Jalan Cendana, Kecamatan Sungai Kunjang. Dijamin kamu bakal balik lagi deh.
"Yang khas dari Kota Tepian"
Ada banyak kuliner dan hal-hal unik yang tidak bisa saya lupakan selama berada di Samarinda. Beberapa di antaranya sudah saya tuliskan di atas. Nah, judul terakhir ini adalah penutup sekaligus pelengkap dari pembahasan sebelumnya.
Seperti yang kita ketahu bahwa di setiap daerah pasti memiliki makanan khasnya sendiri. Salah satunya Samarinda. Berikut ini makanan khas Samarinda yang bisa kalian bawa sebagai oleh-oleh:
1. Amplang

Kalau kamu berkunjung ke Samarinda dan hendak kembali ke kota asalmu, jangan lupa untuk membeli camilan yang satu ini. Dengan bentuk, amplang dijual dengan harga Rp 20.000 - Rp 150.000. Biasanya juga ada pedagang keliling / asongan yang menjajakan amplang dari satu toko ke toko lain. Untuk bisa membeli amplang khas Samarinda, kamu bisa ke Kampung Amplang di Jalan Antasari atau bisa juga mengunjungi Amplang Bumbu Kuku Macan Vera yang berada di Jalan Slamet Riyadi.
2. Keminting
Kue Keminting merupakan salah satu makanan khas di Samarinda. Keminting adalah kue yang terbuat dari tepung terigu, tepung kanji, gula jawa, gula pasir, sagu, dan santan kelapa. Makanan ini berbentuk seperti kemiri, kecil, bulat ,dan memiliki tekstur yang sedikit keras namun renyah saat digigit. Keminting memiliki rasa manis yang menggugah selera. Kalian bisa temui camilan yang satu ini di pusat oleh-oleh Kalimantan Timur, tepatnya di Jalan Antasari Gg. 1 No. 1
3. Soto Banjar
Nah, ini saya punya kutipan dari sarihusada.co.id yang membahas tentang perbedaan Soto Banjar:
Seperti halnya soto ayam, bumbu soto Banjar berupa bawang merah, bawang putih dan merica, tapi tidak memakai kunyit. Bumbu ditumis lebih dulu dengan sedikit minyak goreng atau minyak samin hingga harum sebelum dimasukkan ke dalam kuah rebusan ayam. Rempah-rempah nantinya diangkat agar tidak ikut masuk ke dalam mangkuk sewaktu dihidangkan.Nahh, untuk referensi kuliner, kamu bisa datang ke beberapa rumah makan / restoran di Samarinda yang menyediakan soto yang satu ini. Salah satunya adalah di Restoran Soto Banjar Amado di Jalan Diponegoro No. 45. Ada lebih dari 77 ulasan dari TripAdvisor yang bisa menjadi pertimbangan kamu buat mampir di sini.
Kuah kaldu soto Banjar sedikit bening dan tidak berwarna kuning. Paduannya cukup banyak, yakni suwiran daging ayam kampung, telur bebek rebus, perkedal kentang, bihun, daun seledri dan bawang goreng.
Aroma yang keluar dari hidangan ini tidak seperti soto yang kaya rempah. Melainkan lebih mirip dengan kuah sup. Paling nikmat soto banjar disantap dalam keadaan hangat. Ketika dicicipi kuahnya, rasa kaldu ayam yang khas langsung terasa.
Perbedaan soto banjar dengan soto lainnya terletak pada resepnya. Soto banjar pakai cengkih dan kapulaga. Rapi tidak dihaluskan, hanya direbus dan diambil sarinya. Soto banjar biasanya juga dimakan pakai lontong atau ketupat, bukan nasi. Sate ayam juga dapat dijadikan makanan pendamping soto banjar. Penjual (atau sesuai permintaan pembeli) yang menyediakan soto banjar dengan nasi, istilah untuk makanan ini adalah nasi sop.
4. Nasi Kuning Lambung Mangkurat

Sebenarnya masih banyak fakta unik dan menarik yang perlu ditulis lagi. Tapi nggak terasa kan kalian sudah mengenal Samarinda dengan berbagai ceritanya? Saya di sini hanya menulis apa yang saya tahu dan alami sendiri dengan menyertakan beberapa sumber sebagai bukti.
Terima kasih sudah membaca, tinggalkan komentar jika kamu ingin menambahkan atau ada hal yang saya salah tulis atau perlu dikoreksi. Silakan berkomentar dengan bahasa yang santun dan tidak mengandung unsur SARA. Salam damai dari Samarinda. Daah.
Comments
Post a Comment
Komentarlah dengan sopan. Tidak mengandung SARA. Komentar yang berisi link aktif akan dihapus dan dianggap sebagai spam