Cerita Nabi
Yusuf as
Nabi Yusuf as merupakan salah satu utusan Allah yang
mendapatkan berbagai ujian dalam hidupnya. Beliau menghadapi persekongkolan
jahat yang justru datang dari orang-orang yang dekat dengannya, yaitu
saudara-saudaranya. Mereka merencanakan untuk membunuhnya. Rencana itu mereka
buat saat Nabi Yusuf as masih kecil. Kemudian Nabi Yusuf as dijual di pasar
mesir lalu dia dibeli dengan harga yang sangar murah. Kemudian beliau
menghadapi rayuian dari isteri seorang pria yang mempunyai jabatan penting saat
itu. Ketika ia menolak rayuannya, ia pun dimasukkan ke dalam penjara. Dalam
beberapa waktu, beliau menjadi tahanan di penjara. Meskipun mendapaatkan
berbagai kehinaan, namun pada akhirnya beliau mampu menduduki tampuk
kepemimpinan di Mesir. Beliau menjadi menteri dari raja yang pertama. Ia
memulai dakwahnya di jalan Allah Yang Maha Esa dari panggung kekuasaan. Ia
melaksanakan rencana Allah SWT dan menunaikan perintahnya.
Nabi Yusuf as merupakan putra urutan ke tujuh dari dua
belas putara puteri Nabi Ya’qub as. Merupakan anak dari istri Nabi Ya’qub yang
bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini Nabi Yusuf juga mempunyai adik bernama
Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan oleh Allah SWT, juga
dengan tubuh yang tegap sehingga bisa membuat para wanita terpesona kepadanya.
Kisah cerita Nabi Yusuf as ada dalam
satu surat penuh dalam Al Qur an yang bernama Surat Yusuf. Disebutkan bahwa
sebab turunnya surat suyuf adalah karena orang orang yahudi meminta kepada
Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf as. Kisah Nabi
Yusuf as telah mengalami perubahan pada sebagian dant erdapat beberapa
penambahan. Kemudian Allah SWT menurunkan satu surat penuh yang secara
terperinci menceritakan kisah Nabi Yusuf as
Allah SWT berfirman : “Kami menceritakan kepadamu
kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan
sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui.” (QS. 12 : 3)
Pada suatu
waktu Nabi Yusuf as bermimpi melihat sebelas bintang, mathari, dan bulan
semuanya sujud kepadanya, dan mimpinya itu disampaikan kepada ayahnya yaitu
Nabi Ya’qub as, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an berikut ini :
“(Ingatlah),
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku”
“Ayah berkata : “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”
(QS. 12 : 4 – 5)
Nabi Ya’qub
as mengingatkannya agar jangan sampai Nabi Yusuf as menceritakan mimpinya
kepada saudara-saudaranya. Sesungguhnya saudara-saudara Nabi Yusuf as tidak
menyukainya karena kedekatannya dengan ayahnya dan mereka tidak simpati dengan
perhatian Nabi Ya’qub as kepadanya. Nabi Yusuf as bukanlah saudara kandung
mereka di mana Nabi Yusuf as menikahi isteri kedua yang tidak melahirkan
baginya anak-anak kemudian lahirlah darinya Nabi Yusuf as dan saudara
kandungnya. Nabi Ya’qub as merasa bahwa anaknya itu akan mengemban suatu urusan
besar, yaitu keNabian yang berada di sekitarnya.
Cerita Nabi Yusuf dan Saudara-saudaranya
Nabi Yusuf
as adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai
dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutama setelah ibu
kandungnya Rahil meninggal atau wafat ketika Yusuf masih berusia dua belas
tahun.
Perlakuan yang berbeda dari Nabi Ya’qub as kepada
anak-anaknya lainnya menimbulkan rasa iri hati dan dengki di antara
saudara-saudara Nabi Yusuf as yang lain, mereka merasa dianaktirikan oleh
ayahnya yang mereka anggap tidak adil terhadap sesama anak, yaitu lebih
memanjakan Nabi Yusuf as dari pada yang lainnya.
Rasa jengkel terhadap ayah mereka dan iri hati pada
Nabi Yusuf as membangkitkan rasa setia kawan antara sauda-saudara Yusuf,
persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Rasa sayang Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf as dan
adiknya Benyamin nampak sangat jelas. Rasa iri hati dan kebencian
saudara-saudaranya juga tidak dapat ditutup-tutupi lagi. Rasa sayang Nabi
Ya’qub as kepada Nabi Yusuf dan Benyamin adiknya sebenarnya cukup wajar, karena
Nabi Yusuf dan adiknya tidak memiliki ibu karena telah meninggal dunia ketika
melahirkan Benyamin. Karena sebab itulah Nabi Ya’qub sangat menyayangi Nabi
Yusuf as dan adiknya Benyamin. Terlebih lagi saat Nabi Ya’qub mendengar dan
mengetahui akan mimpi Nabi Yusuf as. Semakin bertambah pula pengawasannya untuk
keselamatan Nabi Yusuf as dan adiknya. Hal ini menyebabkan bertambahnya
kedengkian dan kebencian saudara-saudara terhadap Nabi Yusuf as dan adiknya.
Cerita Nabi Yusuf Dibuang ke Sumur
Cerita Nabi Yusuf as, suatu hari saudara-saudara Nabi
Yusuf as yang memberi dan dengki kepadanya berkumpul dan bermusyawarah untuk
mengemukakan perasaan mereka masing-masing atas perlakuan Ayah mereka yang
mereka anggap tidak adil kepada anak-anaknya. Dalam musyawarah ini banyumin
tidak diikut sertakan karena ia adalah adik kandung Nabi Yusuf as, mereka
memutuskan agar Nabi Yusuf as dibuang saja.
Terjadilah
dialog antara mereka dengan ayahnya dengan penuh kelembutan namun dedam yang
tersembunyi di hati. Dalam hal ini diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Mereka berkata : “wahai ayah kami, apa sebabnya kamu
tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. Biarlah dia pergi bersama kami
besok pagi, agar ia (dapat) bersenang-sendang dan (dapat) bermain-main, dan
sesungguhnya kami pasti menjaganya”
“Berkata
Ya’qub : “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku
khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya”
“Mereka berkata : “Jika ia benar-benar dimakan
serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian
adalah orang-orang yang merugi” (Qs 12 : 11 – 14)
Mereka
membujuk ayahnya agar mengizinkan Nabi Yusuf as pergi dengan mereka. Akhirnya
mereka berhasil meyakinkan ayahnya yang sangat khawatir kalau-kalau Nabi Yusuf
as dimakan oleh serigala. Apakah ini masuk akal? Kami sepuluh orang laki-laki,
maka mana mungkin kami yang banyak ini lalai darinya? Sungguh kami akan
kehilangan sifat kejantanan kami seandainya terjadi peristiwa itu. Kami jamin
bahwa tidak ada seekor serigala pun akan memakannya. Karena itu, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan.
Mereka pun
berhasil mengajak Nabi Yusuf as pada hari berikutnya dan pergi dengannya ke
gurun. Mereka menuju tempat yang jauh belum pernah mereka tempuh. Mereka
mencari sumur yang disitu sering dilewati oleh para kafilah dan mereka
berencana untuk memasukkan Nabi Yusuf as ke dalam sumur itu. Allah Yang Maha
Mengetahui mengilhamkan kepada Nabi Yusuf as bahwa ia akan selamat, maka tidak
perlu takut. Allah yang maha kuasa menjamin bahwa Nabi Yusuf as akan bertemu
dengan mereka pada suatu hari dan akan memberi tahu mereka apa yang mereka
lakukan kepadanya.
Nabi Yusuf
as sempat melakukan perlawanan kepada mereka, namun mereka memukulinya dan
mereka memeritahkannya untuk melepas bajunya, lalu mereka menceburkannya ke
dalam telah dalam keadaan telanjang. Kemudian Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan
kepadanya bahwa ia akan selamat dan karean itu ia tidak perlu takut. Di dalam
telah itu terdapat air, namun tubuh Nabi Yusuf as tidak terkena hal yang
membahayakan. Ia sendirian duduk di sumur itu, kemudian ia bergantungan dengan
batu.
Kemudian
saudara-saudara yang benci kepada Nabi Yusuf itu menyembelih hewan sejenis
kambing atau rusa, lalu melumurkan darah palsu ke pakaian Nabi Yusuf as. Mereka
lupa untuk merobek-robek pakaian Nabi Yusuf as. Mereka malah membawa apakain
sebagaimana biasanya (masih utuh) dan hanya berlumuran darah. Peristiwa ini
terjadi di malam yang gelap. Sementara itu, si ayah duduk di rumahnya lalu
anak-anaknya masuk menemuinya di tengah malam di mana kegelapan malam
menyembunuikan kegelapan dan kegelapan kebohongan yang siap ditampakkan. Nabi
Ya’qub bertanya :
“Mengapa kalian menangis? Apakah terjadi
sesuatu pada kambing?Mereka berkata sambil meningkatkan tangisnya, seperti
diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian mereka datang kepada ayah
mereka di sore hari sambil menangis”
“Mereka berkata : “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba,
dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan
serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami
adalah orang-orang yang benar” (Qs 12 : 17 – 18)
Nabi Ya’qub as memegang pakaian anaknya. Lalu ia
mengangkat pakaian itu dan memperhatikannya di bawah cahaya yang terdapat dalam
kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di tangannya namu ia melihat bahwa pakaian
itu masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek. Serigala apa yang
makan Nabi Yusuf as? Apakah ia memakan dari dalam pakaian tanpa merobek
pakaiannya? Seandainya Nabi Yusuf as mengenakan pakaiannya lalu ia dimakan oleh
serigala, semestinya pakaian tersebut akan robek. Seandainya ia telah melepas
bajunya untuk bermain dengan saudara-saudaranya, maka bagaimana pakaian
tersebut dilumiri dengan darah sementara saat itu tidak menggunakan pakaian?
Berdasarkan bukti-bukti itu, Nabi
Ya’qub as mengetahui bahwa mereka berbohong. Nabi Yusuf as tidak dimakan oleh
serigala. Nabi ya’qub mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong, ia mengungkapkan
hal itu dalam perkatannya yang tersebut dalam Al Qur an :
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu.
Ya’qub berkata “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan
(yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan” (Qs 12 ;
18)
Demikianlah perilaku Nabi Ya’qub
dengan bijaksananya. Ia meminta agar diberi kesabaran dan memohon pertolongan
kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan terhadap putra kesayangannya.
Cerita Nabi Yusuf as Ditemukan di Sumur
Kemudian, ada kafilah yang sedang berjalan menuju
Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup jauh sehingga dinamakan
Sayyarah. Semua kafilah itu menuju sumur, mereka berhenti untuk menambah air.
Mereka menghulurkan timba ke sumur. Lalu Nabi Yusuf as bergelantung pada timba
tersebut. Orang yang mengulur timba mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air.
Namun setelah dilihat, kafilah itu terkejut sambil berkata “Hai, alanglah
gembiranya kita, mendapat seorang anak yang tampan”
Pada saat itu aturannya adalah bahwa siapa yang
menemukan sesuatu yang hilang, maka ia yang akan menjadi pemiliknya. Awalnya orang
yang menemukannya sangat senang, namun ia berfikir mengenai tanggung jawab yang
harus ditanggungnya, lalu muncullah rasa khawatir dalam dirinya. Kemudian untuk
menghindari hal yang mengkhawatirkan tersebut ia berencana untuk menjualnya
ketika tiba di mesir.
Nabi Yusuf as Dijual di Pasar
Setelah orang yang menemukan Yusuf itu tiba di mesir
ia segera menjualnya di pasar dengan harga yang sangat murah, ketika itu Yufus
dibeli orang salah satu pembesar di Mesir. Pembesar itu mengambil Nabi Yusuf
as dan menjadikan anak angkatnya, dirawatnya Yusuf dengan baik oleh
isteri pembesar itu. Isteri pembesar itu bernama Zulaikha, mulai saat itu Nabi
Yusuf as tinggal bersama mereka. Seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut
ini :
“Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu
menyuruh seorang mengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata ;
“Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikan dia
sebagai barang dagangan. Dan Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan
mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yiatu beberapa dirham saja, dan
mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang mesir yang membelinya
berakata kepada istrinya: “Berikanlah kepadanya empat (dan layanan) yang baik,
boleh jadi ia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak” dan
demikian pulalah kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi
(mesir), dan agar kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa
terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (Qs 12 : 19
– 21)
Lelaki yang membeli Nabi Yusuf as bukanlah orang
sembarang tetapi ia seorang yang penting. Ia termasuk seseorang yang berasal
dari pemerintah yang berkuasa di Mesir. Ia adalah seorang menteri di antara
menteri-menteri raja yaitu ketua menteri yang bernama Al Aziz.
Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha
Allah Yang Maha kuasa menguatkan Nabi
Yusuf as di muka bumi. Setelah dibuang disumur dan dijual di pasar ia kemudian
tinggal di rumah seorang pria yang berkuasa dan Allah SWT akan mengajarinya
takwil mimpi. Hari demi hari berlalu. Nabi Yusuf as pun semakin tumbuh menjadi
dewasa. Nabi Yusus as oleh Allah diberi kemampuan untuk mengendalikan
suatu masalah dan ia diberi pengetahuan tentang kehidupan dan peristiwa
peristiwanya. Ia juga diberi kemampuan berdialog yang dapat menarik simpati
orang yang mendengarnya. Nabi Yusuf as diberi kemuliaan sehingga ia menjadi
pribadi yang agung dan tak tertandingi. Tuannya mengetahui bahwa Allah
SWT memuliakannya dengan mengiim Nabi Yusuf as padanya. Ia mengetahui bahwa
Nabi Yusuf memiliki kejujuran, kemuliaan, dan istiqamah (keteguhan) lebih dari
siapaun yang pernah ia temui dalam selama hidupnya.
Sementara itu, Zulaikha atau isteri Al-Azis
selalu mengaawasi Nabi Yusuf as. Ia duduk disampingnya dan berbincang-bincang
bersamanya. Ia mengamati kejernihan mata Nabi Yusuf as. Lalu ia bertanya
kepadanya dan mendengarkan jawaban dan Nabi Yusuf as. Akhirnya, kekagumannya
semakin bertambah pada Nabi Yusuf as.
Al Qur an tidak menyebut sedikit pun tentang berapa
usia wanita itu dan berapa usia Yusuf. Kita dapat mengamati hal itu hanya
dengan perkiraan. Ia menghadirkan Yusuf saat beliau masih kecil dari sumur. Dia
adalah seorang isteri yang misalnya berusia dua puluh tiga tahun, lalu ia
berusia tiga puluh enam, sementara Yusuf berumur dua puluh lima tahun.
Apakah peristiwa itu memang terjadi di usia ini? Boleh jadi memang demikian.
Tidakan wanita itu dalam peristiwa itu dan peristiwa sesudahnya menunjukkan
bahwa ia wanira yang sudah matang dan cukup berani. Peristiwa yang diungkapkan
oleh Al Qur an al kami ini merupakan puncak dari perisitwa peristiwa yang lalu.
Zulaikha Jatuh Cinta pada Nabi
Yusuf
Zulaikha sang isteri Al Azis sangat mencintai Nabi
Yusuf as. Ia merayunya dengan terang terangan. Nabi Yusuf as yang telah
terdiidik di istana seorang menteri besar di mesir dengan lingkungan yang mewah
dan dikelilingi wanita yang cantik, di rayu oleh Zulaika dengan rayuan yang
umumnya dilakukan oleh wanita pada laki-laki.
Meskipun telah dirayu oleh wanita yang sudah dirasuki
nafsu, namun Nabi Yusuf as masih kuat ketaqwaannya. Sang wanita itu bosan
karena sikap cuek dan tidak peduli Nabi Yusuf terhadapnya namun menganggap
sikap Nabi Yusuf tersebut pura pura, atau menjaga image saja. Ia pun mengubah
cara menggoda bukan lagi dengan bahasa isyarat, namun dengan menggoda yang
lebih terang terangan. Wanita itu menutup semua pintu dan melupakan rasa
malunya, kemudian ia mengunggapkan rasa cintanya Nabi Yusuf as.
Nabi Yusuf as merupakan salah satu
hamba Alla yang ikhlas, maka ia akan tersucikan dari berbagai dosa. Namun bukan
berarti bahwa Nabi Yusuf as tidak memiliki nafsi sebagai seorang lelaki dan
selain itu bahwa Nabi Yusuf bukan seperti malaikat yang tidak terpengaruh oleh
rasa duniawi. Godaan dari wanita itu merupakan godaan yang cukup berat, namun
beliu mampu untuk melawannya, karena jiwanya tidak cenderung pada
nafsunya. Kemuan atas izin Allah, jiwanya dibimbing dan ditenangkan
karena ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda kebenaran dari Tuhannya.
Apalagi Nabi Yusuf as adalah putera Nabi Ya’qub as, seorang Nabi, Putera dari
Ibhraim, yang merupakan kakek dari para Nabi dan kekasih Allah SWT.
Terjadilan pergelutan antara mereka berdua. Percakapan
telah berubah dari basa lisan menuju bahasa tangan. Zulaikha mengulurkan
tangannya kepada Yusuf dan berusaha untuk memeluknya. Nabi Yusus as berputar
dalam keadaan pucat wajahnya dan berlari menuju ke pintu. Lalu ia dikejar oleh
wanita itu dan wanita itu menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai ke pintu.
Namun tiba tiba itu terbuka, suaminya dan salah satu kerabatnya ada di muka
pintu yang terbuka itu.
Setelah melihat suaminya ada di hadapannya, ia segera
menggunakan kelicikannya. Saat itu tampak jelas bahwa sedang terjadi
pergelutan. Nabi Yusuf as tampak gemetar dengan penuh rasa malu dan
butiran-butiran keringat mengalir dari keningnya. Sebelum suaminya membuka
mulut untuk memulai pembicaraan, wanita yang sebelumnya merayu Nabi Yusuf as
itu mendahului berbicara dengan melontarkan tuduhan kepada Nabi Yusuf as,
seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan
wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya
mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata : “apakah
pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain
dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih” (Qs : 12 : 25)
Wanita itu menuduh Nabi Yusuf as
telah merayunya. Ia mengatakan bahwa Yusuf berusaha memperkosanya. Nabi Yusuf
asmemandangi wanita itu dengan kepolosan dan kesabaran. Sebenarnya Nabi
Yusuf as berusaha menyembunyikan rahasia wanita itu namun ketika ia mulai
menuduh Nabi Yusuf as terpaksa membela diri.
Yusuf berkata
: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)” dan seorang saksi dari
keluarga wanita itu memberikan kesaksian : “Jika baju gamis koyak di muka, maka
wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusata. Dan jika baju
gamisnya koyak di belakang, maka wanita itu yang dusta, dan Yusuf termasuk
orang-orang yang benar” (Qs 12 : 26 – 27)
Kini giliran si suami menunjukkan reaksinya. Kami kira
ia berkata : “Pelankanlah suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini
terdapat banyak budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus”. Kepala menteri
itu adalah seorang tua yang terkan tenang dan tidak gampang emosi. Kemudian
kepala menteri itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya kepada
isterinya dan juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada di dekat
wanita itu berkata : “Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak pada pakaian
Yusuf. Jika pakaiannya robek dari depan, maka berati Yusuf memang ingin
memperkosanya. Wanita itu akan merobek pakaian Yusuf untuk mempertahankan
dirinya”
Si suami berkata : “Lalu bagaimana
jika pakaiannya robek dari belakang”. Seorang penengah dari keluargannya
berkata : “Maka ini berarti wanita itu yang merayunya. Jadi kunci dari
peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf”. Akhirnya, pakaian itu berpindah dari
satu tangan ke tangan yang lain. Kemudian seorang penengah dari keluarga
mengamati robek dari belakang. Selanjutnya, kepala menteri itu pun melihatnya
dan ia juga menemui bahwa pakaian itu robek dari belakang. Sehingga secara
langsung tuduhan itu malah berbalik kepada si isteri.
Ketika sang suami memastikan
penghianatan isterinya, ia tampak begitu tenang dan tidak menunjukkan emosi
yang berlebihan seperti kebanyakan orang, bahkan ia tidak sampai berteriak dan
tidak marah. Jabatan menteri yang disandangnya memaksa untuk bersikap penuh
ketenangan dan kelembutan ketika menghadapi suatu persoalan.
“Sesungguhnya
(kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu
adalah besar”. Ia menegaskan bahwa tipu daya perempuan umumnya sangat besar
(berbahaya).
Kemudian ia menoleh pada Nabi Yusuf
as, dan kemudian si suami merasa bahwa ia belum mengatatakan sesuatu pun kepada
isterinya selain pertanyaan yang berhubungan dengan tipu daya kaum wanita
secara umum. Ia ingin berkata kepada isterinya tentang sesuatu yang khusus. Ia
berusaha untuk bersikap keras pada isterinya tetapi kekerasan itu berakhir
dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya :
“(hai)
Yusuf : “Berpalinglah dari masalah ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah
atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat
salah”
Setelah pernyataan yang pertama dan
nasihat yang terakhir, si suami mengakhiri masalah tersebut, lalu Nabi Yusuf as
pun pergi. Tuan rumah itu tidak meminta perincian peristiwa yang terjadi antara
iserinya dan pemuda yang mengabdi kepadanya. Yang ia minta adalah agar
pembicaraan itu ditutup sampai di sini saja.
Kisah Para Wanita Terpotong Tangannya ketika Melihat Nabi Yusuf as
Masalah mengenai isteri menteri yang
menggoda Yusuf ternyata tidak bisa ditutup untuk kalangan terbatas.
Meskipun terjadi di kalangan masyarakat yang terpandang tidak dapat begitu saja
ditutup. Sehingga masalah yang niatnya tidak untuk diketahui orang banyak itu
tersebar ke mana-mana. Peristiwa itu tersebar dari satu istana ke istana istana
penguasa saa itu. Kemudian wanita-wanita yang tinggal di istana itu mulai
ram-ramai menjadikan bahan pembicaraan. Beberapa saat kemudian kejadian itupun
tersebar ke penjuru kota.
Sehingga pada akhirnya berita
tersebut pindah dari satu mulu ke mulut lainnya, dari satu rumah ke rumah
lainnya sehingga sampailah berita yang memalukan itu sampai di terlinga isteri
Al Azis atau menteri. Ia pun ingin membuat pembelaan diri dengan mengundang para
isteri-isteri pembesar lainnya untuk datang ke rumahnya, untuk dijamu dengan
makanan dan minuman.
Isteri Al Aziz yang sebelumnya pernah
menggoda Nabi Yusuf ini terdiam sebentar, seperti sedang berfikir. Kemudian ia
menetapkan sesuatu dan memerintahkan untuk mendatagkan para juru masak. Para
juru masak pun datang ke istana. Ia membertahu kepada mereka bahwa ia akan
menyiapakan suatu jamian besar di istana. Ia telah menentukan berbagai macam
hidangan dan minumannya. Kemudian ia memerintahkan agar meletakkan pisau pisau
yang tajam di sebelah buah apel yang dihidangkan, dan juga diletakkan kain
putih di sebelah wadah atau piring-piring yang ada ada apelnya, juga diletakkan
batal-bantal yang memang ketika itu menjadi tradisi di masyarakat timur.
Selanjutnya ia membuat undangan untuk para kaum hawa yang membicarakan
petualangan cintanya dengan Nabi Yusuf as.
Ketika para tamu undangan telah hadir, isteri menteri
itu memanfaatkan acara itu untuk menunjukkan seorang pemuda yang paling tampan
dan mengagumkan. Perlu diketahui, bahwa undangan tersebut hanya untuk wanita
saja, sehingga para wanita lebih leluasa dan lebih bebas dalam bercerita dan
mengobrol. Para undangan itu duduk dan bersandar di batanal-bantal sambil
menikmati makanan dan minuuman. Pesta jamuan terus berlangsung dengan hidangan
yang istimewa dan minuman yang dingin sangat yang menyenangkan .
Selain menikmati makanan, mereka juga
penuh dengan obrolan dan canda tawa. Namun setiap wanita itu sengaja menahan
agar tidak sampau membicarakan tentang Nabi Yusuf as. Mereka sebenarnya
mengetahui semua kejadian antar Isteri menteri dan Nabi Yusuf as. Namun mereka
tidak ingin membicarakan untuk memberikan sikap sopan kepada tuan rumah, dan
bersikap seolah olah tidak tahu menahu soal itu. Itulah aturan yang biasa
dipegang oleh masyarakat elit ketika itu.
Namun Zulaikha justru membuka
persoalan itu ke pada para tamu undangan, ia mengtaakan : Aku mendengar
ada wanita wanita yang mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada pemuda yang
bernama Yusuf” Setelah mengatakan itu, tiba tiba muncul keheningan yang
menyelimuti meja makan itu, tangan tangan para undangan pun tiba tiba berhenti
bergerak. Isteri menteri itu benar benar nggunakan kesmepatan itu. Ia bercerita
sambil memerintahkan para pembantunya untuk menghadirkan apel. Lalu dengan nada
serius mengatakan “Aku mengakui bahwa memang Yusuf pemuda yang
mengagumkan. Aku tidak mengingkari bahwa aku benar-benar mencintainya, dan aku
telah mencintainya sejak dulu.” Kemudian wanita-wanita itu mulai mengupas apel.
Ketika itu perbada di Mesir telah mencapai puncak, dimana gaya hidup mewah
menghiasai istiana-istana.
Pengakuan dari iseri Menteri itu
menimbulkan suatu kedamaian umum di ruanga itu. Jika isteri menteri saja
mengakui bahwa ia memang jatuh cinta pada Nabi Yusuf asm maka pada gilirannya
mereka pun berhak untuk mencintainya. Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan
bahwa seharusnya isteri menfteri tidak cenderung pada Nabi Yusuf as justrua ia
harus menjadi tempat cinta. Seharusnya ia yang dikejar lelaki, bukan sebaliknya.
Isteri menteri itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Nabi Yusuf as
masuk ke dalam ruangan itu.
Nabi Yusuf yang dipanggil oleh
majikannya pun datang masuk. Para tamu atau kaum wanita saat itu masih
mengupas buah, dan belum lama Nabi Yusuf as memasuki ruangan itu sehingga
terjadilah apa yang dibayangkan oleh isteri menteri. Tamu-tamu wanita itu tiba
tiba membisa. Sungguh mereka tercengang ketika menyaksikan wajah yang bercahaya
yang menampilkan ketampanan yang luar biasa, ketampanan malaikat. Para tamu
wanita itu terdiam dan mereka bertakbir, dan pada saat yang sama mereka terus
memotong buah yang mereka pegang. Di saat yang sama mata terus tertuju hanya
pada Nabi Yusuf as, mereka pun tidak ada yang melihat buah yang sedang mereka
potong, sehingga wanita wanita itu justru memotong tangannya sendiri namun
mereka tidak merasakan bahwa tangan mereka terpotong. Kehadiran Nabi Yusuf as
sungguh sangat mengagumkan, sampai sampai tidak merasakan sakit dan keluar
darah ketika tangan mereka terpotong.
Kemudian tiba tiba isteri menteri itu
berdiri dan berkata : “Inilah dia orang yang menaklukkan aku karena daya
tariknya. Memang tidak aku pungkiri bahwa aku pernah merayunya dan menggodanya
untuk diirku. Di hadapan kalian ada handuk putih untuk membalut luka. Sungguh
kalian telah dikuasai oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang terjadinya pada
tangan-tangan kalian” Kemudian pandangan para wanita itu tertuju ke arah jari
jari mereka yang terpotong oleh pisau yang tajam namun tidak merasakan.
Nabi Yusuf melihat ke arah bawah
(tanah) atau mengarahkan pandangannya ke depan tanpa ada maksud tertentu,
tetapi ketika disebut ada darah yang keluar dari sekitar tempat jamuan itu,
maka ia pun melihat ke arah tempat jamuan itu. Nabi Yusuf as dikejutkan dengan
adanya darah yang mengalir di sekitar buah apel yang keluar dari jari-jari
wanita itu. Nabi Yusuf as pun segera mendatangkan perban dan air seperti biasa
yang dilakukan pemuda yang bekerja di sitana. Isteri menteri berkata saat Nabi
Yusuf as membalut luka yang diderita oleh para wanita : “Sungguh aku telah
menggodanya namun ia mampu menahan dirinya. Jika dia tidak mentaati apa yang
aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk
golongan orang-orang yang hina”
Yusuf berdiri di tengah-tengah ujian
yang berat ini dengan penuh keheranan : “Yusuf berkata : “Wahai Tuhanku,
penjara lebih aku sukai daripada memenhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak
engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(emenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”
(Qs : 12 : 33)
Semua wanita yang ikut serta dalam
undangan itu mencoba merayu Nabi Yusuf as dengan menggunakan lirikan, gerakan
gerakan tertentu, atau syarat, atau dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon
pertolongan kepada Allah yang maha bijaksana agar ia diselamatkan dari pitu
daya mereka. Ia berdoa kepada Allah sebagai seorang manusia yang memiliki nafsu
dan tidak terpedaya dengan kemaksumannya dan keNabiannya. Ia berdoa kepada
Allah agar memalingkan tipu daya mereka darinya sehingga ia tidak cenderung
kpada mereka dan kemudian orang orang yang bodoh. Allah mengambulkan doanya.
Kemudian jari-jari wanita yang terputus mulai merasakan kesakitan, dan Nabi
Yusuf meninggalkan ruang makanan itu. Setiap wanita sibuk membalut lukanya dan
mereka berfikir tentang alasan apa yang akan mereka sampaikan ketika ditanya
oleh suami mereka mengenai luka pada tangan mereka?
Selanjutnya para wanita mulai membicarakan Nabi Yusuf
as, tentang pengaruhnya, kewibawaannya dan kemuliannya. Mereka mulai bercerita
bagaimana mereka dengan tanpa sengaja memotong tangan mereka sendiri ketika
melihat Nabi Yusuf. Selanjutnya berita heboh itupun mulai tersebar dari
kalangan atas ke kalangan bahwa. Semakin banyak manusia yang mulai membicarakan
sosok pemuda yang menolak keinginan isteri seorang ketua menteri dan
isteri-isteri dari para menteri memotong tangan mereka karena terlalu terpesona
oleh ketampanan Yusuf. Andai saja berita itu hanya diketahui oleh kalangan
terbatas tentuya tidak banyak orang memperhatikan berita itu. Namun berita itu
talah menyebar dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Sehingga membuat
penguasa merasa gusar. yang pada akhirnya menyebabkan nabi yusuf dimasukkan
penjara.
Nabi Yusuf as Masuk Penjara
Dengan adanya berita tentang nabi yusuf yang terus
menjadi perbincangan di negeri mesir, pemerintah merasa kewibawannya
dipertaruhkan. Lalu penguasa dari pemerintah menangkap Nabi Yusuf as. Ia
dimasukkan ke dalam penjara untuk membungkam berita berita tentang Nabi Yusuf
yang terus menjadi pembericaraan. Seperti yang telah ceritakan pada kisah nabi yusuf dan Zulaikha sebelumnya bahwa Nabi Yusuf lebih memilih masuk
penjara dari pada mamenuhi ajakan para wanita untuk memenuhi nafusnya dan
berbuat dosa. Nabi Yusuf pun masuk penjara dengan tuduhan telah memotong tangan
para wanita padahal para wanita itu yang memotong tangan mereka sendiri karena
melihat ketampanan yusuf.
Pemerintah telah menetapkan keputusan untuk memasukan
Nabi Yusuf ke penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan meskipun sebenarnya
tidak melakukan kesalahan. Seiring berjalannya waktu, pembicaraan mengenai
Nabi Yusuf pun menjadi redup. Ketika para menteri dan penguasa tidak mampu
menahan kendali wanita wanita mereka, namun mereka dengan mudahnya memenjarakan
seorang yang tidak bersalah.
Dalam kisah Nabi Yusuf, meskipun beliau merupakan Nabi
utusan Allah, beliau tetap ditahan dan masukan penjara tanpa melalui
penyelidikan dan juga tanpa melalui pengadilan. Saat itu ia dihadapkan pada
masyarkat yang menyembah berbagai macam Tuhan dan juga dikuasai dan dipimpin
oleh yang memiliki banyak tuhan. Sehingga dengan mudahnya bagi mereka untuk
memasukan Nabi Yusuf as yang tidak terbukti bersalah atau tidak berdosa ke
dalam penjara karena agama mereka tidak mengatu
Nabi Yusuf Berdakwah di Penjara
Ketika Nabi Yusuf dipenjara ia tidak putus asa atau
meratapi nasibnya yang seolah olah mengalami ketidakadilan. Namun ia
memanfaatkan waktunya dipenjara untuk berdakwah di jalan Allah. Ketika di dalam
penjara ia berjumpa dengan orang yang tidak berdosa yang dimasukkan ke dalam
penjara tanpa alasan logis. Ketika manusia mendapatkan perlakuan tidak adil
dari orang lain, maka hati mereka akan lebih mudah untuk mendengarkan nasihan
dan menerima hidayah. Memang ketika hati orang-orang yang menderita dan
teraniaya akan lebih mudah terbuka memenuhi panggilan Allah.
Nabi Yusuf as bercerita kepada mereka tentang rahmat
Sang pencipta, kebesaran-Nya dan kasih sayang-Nya pada para makluk ciptaan-Nya.
Yusuf bertanya kepada mereka : “Mana yang lebih baik, apakah akal harus
dikalahkan dan manusia menyembah tuhan yang bermacam-macam atau akal yang
dimenangkan dan manusia menyembah Tuhan Penguasa alamat semesta ini?”
Nabi Yusuf as menyampaikan pendapat-pendapatnya yang
kuat melalui perntanyaan-pertanyaan yang disampaikan dengan penuh tenang dan
kedamaian. Beliau berdialog dengan mereka secara sehat dan dengan fikiran yang
jernih serta dengan niat yang tulus.
Nabi Yusuf Mampu Menafsir Mimpi
Beberapa waktu kemudian ada dua orang yang masuk
penjara. Satu orang sebagai pembuat roti di tempat raja, dan satu lagi seorang
yang tugasnya memberikan khamer atau minuman keras kepada raja. Suatu hari
tukang roti bermimpi, ia berdiri di suatu tempat dengan roti di atas kepalanya,
kemudian roti itu dimakan oleh burung yang terbang. Sedangkan si tukang pemberi
minum raja bermimpi memberikan minuman khamer kepada raja.
Kemudian kedua orang itu mendatangi Nabi Yusuf as,
lalu mereka bercerita atas mimpi yang mereka alami. Mereka meminta kepada Yusuf
untuk mentafsirkan mimpi mereka. Kemudian Nabi Yusuf mencoba untuk melakukan
apa yang mereka minta, lalu ia berdoa kepada Allah yang maha mengetahui untuk
memberinya petunjuk. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu ke pada si tukang roti
bahwa ia akan disalib dan akan meninggal dunia. Sementara itu si tukang pemberi
khamar akan bebas dari penjara dan kembali bekerja di tempat asalnya.
Yusuf pun berkata kepada tukang
pemberi minum : “Jika engkau pergi ke raja, maka jangan lupa menceritakan
keadaanku padanya. Katakan padanya bahwa di sana terdapat seorang yang ditahan
dalam keadaan teraniaya yang bernama Yusuf”
Beberapa waktu kemudian, ternyata apa
yang diceritakan oleh Yusuf benar benar terjadi. Si tukang roti mati terbunuh
sementara tukang pemberi minum dimaafkan dan kembali bekerja di istana. Namun
ketika kembali ke istana si tukang pemberi minum itu lupa menceritakan tentang
pesan dari Nabi Yusuf kepada raja, ia telah dilalaikan oleh setan.
Sehingga Nabi Yusuf pun tinggal dipenjara selama beberapa tahun.
Mukjizat Nabi Yusuf
Suatu hari, raja dalam tidurnya bermimpi. Dalam
mimpinya ia melihat dirinya berdiri di tepi sungai Nil. Air sungail nil turun
di depan matanya. Air sungai nil tenggelam dan habis sehingga sungai itu
menjadi tumpukan tanah yang kosong dari air. Kemudian ikan-ikan melompat-lompat
sehingga tersembunyi dalam tanah sungai. Lalu keluarlah dari sungai itu tujuh
sapi yang gemuk dan keluar juga tujuh sapi yang kurus. Sapi-sapi yang kurus itu
malah menyerang sapi sapi yang gemuk. Sapi sapi yang kurus itu berubah menjadi
binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang gemuk. Dalam mimpinya itu
raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan menakutkan itu. Ia
menyaksikan teriakan-teriakan sapi sapi yang gemuk itu saat dimakan oleh para
sapi kurus.
Kemudian di atas tepi sungail nil muncul tujuh tangkai
hijau dan tujuh tangkai hijau itu tenggelam dalam tanah. Dan muncullah ditanaha
yang sama tu tujuh tangkai yang kecing. Setelah melihat mimpi itu, tiba
tiba raja bangun dari tidurnya dengan diselimuti rasa takut. Setelah itu
raja menceritakan mimpinya kepada para peramal, para dukun dan juga para menterinya.
Ia meminta kepada mereka untuk mengartikan mimpinya. Seorang peramal
mengatakan bahwa mimpinya cukup aneh, bagamana sapi sapi kurus dapat
memakan sapi-sapi yang gemu. Peramal itu mengira bahwa mimpinya hanya kembang
mimpi bias ayang tiada artinya. Ahlimimpi, dan orang orang disekitar raja juga
berpendapat sama, bahwa tidak ada arti khusus dari mmpi sang raja.
Kabar mengenai mimpi raja itu akhirnya sampai ke
telinga petugas pemberi minum raja yang dulu sempat di penjara. Pikirannya
bergejolak ketika mendengar mimpi raja itu. Ia kemudian mengingat ingat mpimpi
yang dilihatnya di penjara. Kemudian ia mengingat, bahwa ada seorang yang
bernama Yusuf yang mentafsirkan mimpinya. Ia pun segera bergegas ke tempar sang
raja dan menceritakan apa yang dialaminya bersama Yusuf . Kemudian tukang
pemberi minum itu berkata kepada raja: “Sesungguhnya hanya Yusuf satu-satunya
yang mampu mentafsirkan mimpimu. Sebarnya ia telah berpesan kepada ku agar aku
menyebut keadaannya di depanmu tetapi terus terang, aku lupa menyampaikan
pesannya”. Kemudian raja mengutus orang itu ke penjara untuk menemui Yusuf dan
bertanya kepadanya perihal mimpinya.
Beberapa
saat kemudian pemberi minum raja itu mendatangi Nabi Yusuf as yang sedang
berada di penjara. Utusan itu menanyakan kepadanya mengenai arti dari mimpi
raja. Nabi Yusuf pun menerima apa yang diminta utusan itu tanpa mengajukan
imbalan apapun, atau meminta mengeluarkan dari penjara. Ia tidak mengatakan
banyak hal selain berusaha untuk mentafsirkan mimpi raja itu. Itulah salah satu
sikap seorang raja ketika orang lain membutuhkan bantuannya, meskipun yang
meminta pertolongan itu berbuat tidak adil padanya.
Kemudian Nabi Yusuf pun mampu
mentafsirkan mimpi sang raja. Ia menjelaskan kepada utusan itu bahwa negeri
mesir akan mengalami masa masa yang subur selama tujuh tahun di mana saat itu
tanaman tamanan akan tumbuh segar, dan hendaklah orang orang mesir tidak
melampui batas dalam memanfaatkan musim subur ini karena akan disusul dengan
tujuh tahun paceklik. Pada masa itu, apa saja yang disimpan oleh penduduk mesir
akan habis. Oleh karena itu, cara yang terbaik untuk menyimpan hasil tanaman
mereka adalah dengan membiarkan atau merawat tangkai tangkainya tidak
rusak atau terkena hama, atau merawat sebaik baiknya karena bisa berubah karena
cuaca.
Setelah menjelaskan tentang mimpi sang raja, Nabi
Yusuf as melanjutkan dengan pembicaraan tentang keadaan suatu tahun yang belum
pernah dimimpikan oleh raja. Yaitu tahun yang penuh kebahagiaan. Tahun dimana
manusia mendapatkan karunia dan banyak tanaman tanaman yang tumbuh dan air yang
melimpah dan juga tumbuhnya anggur-angur yang mereka tanaman sehingga mereka
bisa memerahnys sebagai minuman khamer. Juga pohon zaitun yang mereka tanam
sehingga bisa menjadikan minyak zaitun. Tahun ini tidak ada dalam mimpi sang
raja. Ini adalah ilmu khusus yang dapatkan Nabi Yusuf as dari Allah SWT. Nabi
Yusuf as menyampaikan kepada pemberi minum raja itu dan memesan kepadanya agar
bagian ini pun juga dikemukakan kepada raja dan masyarakat. Setelah
mendengarkan penjelasan dari Nabi Yusuf as, utusan raja yang juga pemberi minum
itu mengampaikan kepada raja.,
Mendengar semua penjelasan dari Yusuf, raja menjadi
heran. Kemudian ia berkata “Siapa garangan orang yang dipenjara ini. Sungguh
luar biasa. Ia menceritakan hal hal yang akan terjadi, bahkan lebih dari itu
dia memberikan cara-cara mengatasi persoalan yang akan terjadi tanpa meminta
upah atau balasan atau agar ia dibebaskan dari penjara”
Kemudian raja mengluarkan perintah agar Nabi Yusuf as
dibebaskan dari penjara dan dihadirkan kepadanya. Lalu utusanraja pergi ke
penjara. Utusan itu bukan utusan pertama yang merupakan pembeiri minum. Namun
ia adalah seorang yang menyandang jabatan penting. ia meminta kepada Yusuf agar
keluar dari penjara dan menemui raja.
Namun ternyata Nabi Yusuf menolak
keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang diarahkan kepadanya
dicabut. Sebelumnya Nabi Yusuf masuk penjara karena tuduhan telah
memotong tangan para wanita. Orang pemerintahan menggunakan berbagai macam
kebohongan yang sulit diterima akal, namun bagi mereka itu adalah sesuatu yang
sah. Dan Nabi Yusuf tidak akan mau keluar dari penjara jika tuduhannya tidak
dicabut.
Utusan itu kembali
kepada raja. Raja berteriak saat melihat utusan tanpa membawa Yusuf, kemudian
ia berteriak :
Raja : “Dimana Yusuf? ,
Utusan itu berkata “Ia masih dipenjara” ,
Raja bangkit dari tempat duduk kemudian berkata : “ Bukankah aku
memerintahkanmu untuk menghadirkannya?”,
Kemudian utusan itu berkata : “Ia
menolak keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang arahkan kepadanya
dicabut. Paduka yang mulia bertanggung jawab dalam menyelesaikan kasusnya
bersama wanita wanita di istana yang telah memotong tangan mereka”Raja berkata : “Kalau begitu, panggillah semua isteri isteri menterimu, dan hadirkanlah isteri Al Aziz, saya minta semua hadir”
Raja merasa bahwa Nabi Yusuf as
sedang menghadapi masalah di mana ia tidak mengetahui secara pasti titik
terangnya. Sepertinya sang raja telah mendengar berbagai macam gosip yang
terjadi di kalangan para menteri dan kisah yang melihatkan isteri ketua
menterinya dengan Nabi Yusuf as, namun raja tidak terlalu peduli dengan gosip
yang didengarnya. Sebab cerita seperti itu sudah umum terjadi, bahkan sering
terjadi di lingkungan istana yang glamor.
Selanjutnya semua yang diperintahkan hadir akhirnya hadir
juga, isteri Al Aziz dan semua wanita yang pernah dijamunya telah hadir di
depan raja. Kemudian raja bertanya : “Bagaimanakah cerita Yusuf yang
sebenarnya? Apa yang kalin ketahui tentangnya. Apa benar ia terlibat dalam
skandal perselingkungan?
Kemudian
ada salah satu perempuan memotong pembicaraan raja kemudian berkata
“Demi Allah, kami tidak mengetahui bahwa ia melakukan suatu keburukan”, Lalu
wanita lain berkata : “Yusuf adalah seorang yang suci bagaikan seorang
malaikat”, Lalu pandangan tertuju pada isteri al aziz yang terlihat pucat. Ia
menampilkan kerinduan untuk melihat wajah Nabi Yusuf as. Ia mengakut
bahwa ia telah berbohong dan Nabi Yusuf as adalah orang yang benar. Ia benar
benar telah menggoda Nabi Yusuf as namun Nabi Yusuf menolak. Ia menegaskan
bahwa ia benar benar mengatakan yang benar, bukan karena takut kepada rajia dan
juga wanita yang lain. Pikirannya masih berputar putar sekitar Nabi Yusuf as.
Setelah mendengar pernyataan dari para wanita, akhirnya Nabi Yusuf as pun
dibebaskan dari berbagai tuduhan.
Raja
berkata “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang ayng tepat
bagiku”. Nabi Yusuf as masuk menemui raja. Raja berbicara dengannya dengan
bahasanya, dan Yusuf bisa menjawabnya. Kemudian raja berbicara dengan bahasa
kedua, Yusuf bisa menjawabna dengan bahasa Arab. Kemudian raja bertanya :
Raja : “Bahasa
apa ini?”
Yusuf : “Ini
bahasa Ismal, paman ayahku,
Kemudian raja
bertanya dengan bahasa Ibrani lalu raja berkata
Raja :
“Bahasa apa ini?”
Nabi Yusuf :
“Ini adalah bahasa orang tuaku, ibrahim, ishak, dan yakub.
Setelah
mengetahui pengetahuan nabi yusuf yang begitu banyak, raja pun menyukai nabi
yusuf.
Raja yang memang dikenal mampu berbicara lebih dari
satu bahasa semakin kagum dengan wawasan luas yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as
dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian pembicaraan merambah pada
masalah mimpi. Nabi Yusuf as menasehati raja agar memulai rencana yang tepat
untuk mengumpulkan makanan dan penyimpanannya dalam rangka menghadapi tahun
tahun kekurangan makanan. Nabi Yusuf as memberikan pengertian kepada raja bahwa
kelaparan akan melanda Mesir dan juga kota kota di sekitarnya. Oleh karena itu,
negeri mesir harus bersiap mengadapi suasana yang sualit nantinya, demikian
negeri negeri di sekitarnya.
Raja
mengunggkapkan bahwa sulit untuk mendapatkan kejujuran dari kelompok yang
bergaya hidup mewah yang ada di sekitarnya. Nabi Yusuf pun berkata “Kalau
begitu jadikanlah aku sebagai pengawas yang sangat teliti dari berpengatahuan.”
Tentunya Nabi Yusuf mengatakan hal itu bukan untuk mendapat keuntungan pribadi.
Namun ia ingin memikul amanat untuk memberikan makan bagi masyarakat yang lapar
selama tujuh tahun. Yaitu masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka
penguasa dapat mempermainkan mereka. Dalam
Nabi Yusuf Diangkat menjadi Menteri
Beberapa
saat kemudian Nabi Yusuf berada di tempat yang diusulkan. Itulah cara Allah
memberikannya kedudukan penting di negeri mesir. Ia menjadi orang yang
bertanggung jawab pada pengelolaan kekayaan mesir dan perekonomiannya. Ia
menjadi ketua para menteri besar. Beliau mendapat dua tugas sekaligus, yaitu
sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan logistik.
Yusuf
merupakan orang yang terpercaya dan jujur. Sehingga selama ia duduk di kursi
pemerintahan maka tidak perlu ada yang dikawatirkan. Kemudian masa paceklik itu
pun tiba. Dan itu tidak masalah bagi negeri mesir, karena persediaan telah
disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa menjamin dengan baik rakyat mesir selama
tujuh tahun berturut-turut.
Saat itu
kelaparan dan paceklik tidak hanya terjadi pada negeri mesir, namun terjadi
juga di negeri di dekatnya, seperti Negeri kan’an yang ditempati ayah dan
saudara saudaranya itu Nabi Ya’qub as dan saudara saudarnya juga mengalami masa
susah pangan.
Nabi Yusuf Berjumpa Lagi dengan Saudaranya
Rakyat
yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan ke mesir, tidak
terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah membuangnya. Mereka berbaris
dalam rombongan orang orang yang membutuhkan. Ketika itu Nabi Yusuf berada di
singgasana mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah. Nabi yusus as
bergebas untuk menjamin kelangsungan kehidupan manusia. Ia dikelilingi oleh
para menterinya, orang-orang penting dan para tentara. Nabi Yusuf bisa mengenali
saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenali Nabi Yusuf. Keadaan di tempat
tinggal mereka sungguh menyusahkan sehingga mereka datang dari palestina untuk
mencari bantuan makanan di negeri mesir.
Kisah
Nabi Yusuf menjadi menteri –
Kemudian terjadilan percakapan antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya yang
berjumlah 10 orang itu, namun mereka masih belum mengenali Nabi Yusuf. Mereka
berjumlah 10 orang namun mereka membawa 11 untah. Nabi Yusuf as bertanya pada
mereka melalui salah satu penerjemah agar beliau tidak berbcara dengan bahasa
mereka, Yusuf menggunakan bahasa ibrani.
“Undang-undang kita memutuskan untuk
memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan untua untuk
mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian ?” mereka menjawab : “Sebelas
orang”. Nabi Yusuf berkata kepada penerjemah : “Katakan pada mereka bahasa
kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian berbeda dengan pakaian
kami. Barang kali kalian adalah mata-mata”. Mereka menjawab “Demi Allah kami
bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik.”
Kemudian Yusuf bertanya : “Kalian mengatakan bahwa kalian sebelas.
Padahal jumlah kalian sepuluh”
Kemudian
sodaranya itu menjawab : “sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang
saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyausaudara yang lain yang
sangat dicintai (Benyamin) oleh orang tua kami dan ia tidak mampu untuk
berpisah dengannya. Oleh karena itu kami datang dengan membawa untanya sebagai
ganti darinya”. Nabi Yusuf as berkata : “Bagaimana aku bisa memasmtikan
kejujuran kalian?” Kemudian mereka menjawab : “Pilihlah, sesuatu yang engkau
dapat menjadikan tenang dengannya” Nabi Yusuf berkata :” Undang-undang kami
menetapkan untuk tidak memeberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena
itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah
kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?”
Demikian
dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Kemudian Nabi
Yusuf memberitahu kepada mereka bahwa kali ini mereka mendapatkan pengecualian
atau keringanan dan keistimewaan. Tetapi, jika pada waktu yang akan datang
mereka datang tanpa membawa saudara, mereka maka Nabi Yusuf tidak akan memberi
mamkanan pada mereka. Mereka berkata kepadanya, bahwa kami akan berusaha
memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk mempercayakan saudara kami
itu bersama kami.
Saudara-saudara
Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muata
yang dibawa oleh untah mereka masuk menemui ayah mereka : “Sungguh kami tidak
mendapatkan gandum. Ini terjadi karena engkau melindungi dan mempertahankan
anakmu”. Mereka mengatakan “Kami tidak akan memberikan makanan bagi yang tidak
hari. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawahnya? Biarkanlah ia
pergi bersama kami dan sesunguhnya kami akan menjaganya”. Jelas sekali bahaw
dialog tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung
jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun si
ayah menjawab dengan sopan santun para Nabi. Ia berkata bahwa ia merasa aman
terhadap mereka tas anaknya yang kecil sebagaimana kekahwatiran terhadap Nabi
Yusuf as sebelumnya. Dan ia tidak perduli atau tidak begitu yakin dengan
ucapannya.
Anak-anak
itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan
yang ada di dalamnya. Tiba tiba mereka mendapatkan barang-barang mereka telah
dikembalikan bersama makanan. Pengembalian harga menunjukkan ketidakinginan
untuk menjual atau itu semacam peringatan dan barangkali itu merupakan hal yang
mengganggu mereka agar mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua.
Melihat hal tersebut, anak anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil
mengatakan : “wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak
berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada
kami. Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali
jika saudara kami pergi bersama kami”
Percakapan
antara anak anak dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka memberikan pengertian
kepada ayahnya bahwa kecintaanya kepada seorang anaknya dan hubungan dekatnya
justru mengorbankan kepentingan mereka dan menjatuhkan perekonomia mereka.
Mereka ingin untuk menambah perbekalan mereka dan mereka berjanji akan menjaga
saudara mereka dengan penjagaan yang sangat ketat. Akhirnya sang ayah
menyetujui permintaan mereka dengan syarat mereka berjanji untuk membawa
anaknya pula kecuali jika mereka dikepung musuh dan mereka tidak mampu
menyelamatkannya. Si ayah menasehati mereka untuk tidak masuk karena mereka
berjumlah sebelah orang dari satu pintu dari pintu pintu mesir sehingga tak
seorang pun yang menaruh kecurigaan. Sepertinya sang ayah mengkhawatirkan akan
terjadi pencurian atau kedengkian
Setelah
mereka datang segera menghadap raja, dan baru saja mereka menghadap Nabi Yusuf
as melihat saudaranya (Benyamin) turut serta, sehingga ia merasa gembira.
Mereka disuruh duduk bersama raja untuk djamu dengan baik. Dengan perlakuan
raja yang baik hati ini, Benyamin menangis terharu dan ingat akan saudaranya
yaiti Yusuf. Dengan tangis yang tersedu-sedu Benyamin berkat “Kalau Yusuf masih
ada, tentu dialah yang duduk disampingku ini”
Setelah
mereka cukup lama bertemu dengan raja, mereka pulang dengan membawa
perbekalanan yang cukup dan lebih cukup dibandingkan sebelumnya. Ketika
memberikan perbekalan dan bahan makanan itu, Nabi Yusuf as memerintahkan kepada
bawahannya untuk memasukkan timbangan miliki negara ke dalam barang yang dibawa
oleh Benyamin secara diam-diam.
Belum lama
mereka berangkat keluar dari kota mesir, tiba tiba mereka ditahan untuk
diperiksa barang-barang yang dibawanya. Dalam pemeriksaan ini ternyata terdapat
alat timbangan negara yang sedang dicari-cari. Karena inilah mereka ditahan
tidak boleh pulang ke negeri Kan’a untuk diusut perkaranya
Mengalami
peristiwa ini tentunya mereka gelisah dan susah sekali, mereka berkata kepada
Nabi Yusuf as : “Ya tuanku, ayah kami sudah sangat tua, sudah melewati 80 tahun
dan kami tidak dapat berpisah karena kami selalu menjaga akan keselamatan
beliau. Kami ini bukan pencuri, izinkanlah kmembawa ayah kami sebagai saksi
akan kebenaran kami, karena kami dari keturunan orang yang baik baik. Atau
izinkanlah kami pulang dulu dan ambilah seorang diantara saudara kami untuk
menggantikannya dan kami percaya bahwa tuanku adalah orang yang baik hati”
Nabi Yusuf as berkata : “Saya
berlindung kepada Allah dan tidaklah saya akan menghukum orang yang tidak
bersalah, jika demikian, tentulah kami orang yang aniaya”Saat mereka telah putus asa, mereka kemudian saling berbisik bisik dan berkatalah orang yang tertua dari mereka yaitu Yahuza : “Sekali kali saya tidak akan pulang kembali sebelum mendapat izin dari ayah. Kembalilah kamu semua. Dan ceritakanlah kepada ayah tentang peristiwa ini”
Setelah mereka sampai di rumah mereka menceritakan apa yang terjadi pada ayah mereka. Lalu Ayah mereka, yaitu Nabi Ya’qub as berpaling dari mereka, seraya berkata dalam hati “Alangkah dukacitaku mengenang Yusuf, telah rabun mataku karena dukacita itu.” Rasa mara Nabi ya’qub terhadap anak-anaknya ditahan dalam hati.
Melihat hal itu, kemudian mereka berkata pada sang ayah “Ayah janganlah selalu ingat pada Yusuf saja, nanti ayah mendapat sakit dan meninggal dunia”
Nabi ya’qub as kemudian berkata “Aku ini hanya mengadukan duka citaku kepada Allah, dan saya mengetahui dari Allah tentang apa yang tidak kamu ketahui”
Mereka
lalu meminta izin untuk berangkt kembali ke mesir menghadap raja untuk memohon
kepada raja agar saudara mereka yang ditahan dapat dibebaskan. Ketika mereka menghadap
raja, saat itu Nabi Yusuf berpendapat bahwa sudah tiba saatnya untuk membuka
rahasianya untuk mengakui kepada saudara-saudaranya bahwa dia adalah Yusuf,
agar mereka mengakui atas kebenaran dan kesalahan yang telah mereka perbuat. Nabi
Yusuf as menceritakan apa yang pernah mereka lakukan sewaktu kecil, semua
kejadian diceritakan oleh Nabi Yusuf as. Mendengar apa yang deceritakan oleh
Yusuf tersebut membuat mereka tercengang. Dari siapakah pembesar ini mengetahui
peristiwa itu, karena tidak ada seorang pun yang tau apa yang telah mereka
lakukan pada masa lampau
Kemudian
mereka memperhatikan gerak gerik raja itu, kemudian memperhatikan bentuk tubuh
dan keadaannya, dibandingkan dengan tubuh Nabi Yusuf as semasa kecil, akhirnya
mereka yakin bahwa ciri-ciri yang terdapat pada pembesar ini memang mirip
dengan Nabi Yusuf as. Mereka bertanya “Apakah kiranya tuan ini Yusuf?” dengan
segeran Nabi Yusuf as menjawab “Benar saya ini Yusuf, dan ini Benyamin
saudaraku sendiri, Allah telah mempertemukan kami, karena Allah tidak akan
menyianyiakan pahala orang yang berbakti”
Mereka berkata “Demi Allah,
sesungguhnya dia telah melebihkan engkau dari kami, dans sesungguhnya kami
orang-orang yang berdosa”Nabi Yusuf kemudian berkata pada mereka “Aku tidak akan bertindak apa apa kepada kalian, Tuhan telah mengampuni segala dosamu, Allah Maha Pengampun lagi maha pengasih”
Mereka
diizinkan kembali ke kan’an untuk menemui ayahnya, dan setelah mereka tiba di
rumah, mereka menyampaikan sehelai baju Nabi Yusuf as. Kerema mereka menyampaikan
baju itu kepada ayahnya, seketika mata Nabi Ya’qub terbuka serta dapat melihat
dengan terang. Pada ketika itu beliau telah rabun dan tidak dapat melihat.
Segala peristiwa mereka ceritakan kepada ayahnya, dimana mereka telah menemui
raja yang budiman, serta diterangkan pula agar mereka sekalian berangkat
kembali ke mesir untuk berjumpa dan dapat hidup bersama sama dengan Nabi Yusuf.
Mendengarkan
cerita tentang Nabi Yusuf itu, sang ayah sangat gembira sekali dan ujarnya “apa
yang telah terjadi, mari kita lupakan, dan kami mohn ampunan kepada Allah,
semoga Allah mengampuni segala dosa dosamu, begitu pula dosaku sendiri, karena
Allah pemberi ampn dan maha pengasih. Mari kita bersama sama berangkat ke
mesir.”
Ketika
Nabi Yusuf as melihat ayahnya datang dan sedang dikelilingi saudara-saudaranya
yang berjumlah sebelas orang, mereka semua sujud di harapan Nabis Yusuf as,
lalu Nabi Yusuf berdiri dengan hormatnya. Seketika itu Nabi Yusuf as juga
mengadahkan kedua tangannya ke langit, ia bersyukur atas nikmat dan karunia
Allah, sebagaimana dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Ya
Tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugrahkan kepadaku sebagian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’biar mimpi. (Ya Tuhan) pencipta
langit dan bumi. Engkaulah perlindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah
aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh (Qs. 12 :
101)
Itulah
kisah cerita Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan yang bertubi tubi
yang ia terima dengan tabah dan penuh kesabaran. Namun segala penderitaannya
lenyap dan Allah mengangkat Nabi Yusuf as menjadi pembesar di Mesir dan
akhirnya beliau menjadi raja. Nabi Yusuf as meninggal dunia pada usia 110
Tahun. Semoga kita dapat mengambil banyak hikmah dari cerita Nabi Yusuf di
atas. Aamiin.
Comments
Post a Comment
Komentarlah dengan sopan. Tidak mengandung SARA. Komentar yang berisi link aktif akan dihapus dan dianggap sebagai spam